Jumat, 08 April 2016

Sejarah Perfilman di Jerman

Hallo Liebe Leserinnen und Leser unseres Blogs! Wie gehts? Wir hoffen, es geht euch gut. Kali ini kami akan membahas seputar sejarah atau perkembangan film di negara Jerman nih. Mau tau gimana ceritanya? Yuk segera disimak artikel berikut;)

Pada tahun 1916, Pemerintah Jerman melarang pemutaran film-film asing, sehingga mereka memproduksi film-film mereka sendiri. Perusahaan film terus bertambah banyak dari 25 buah (1914), hingga mencapai 130 buah (1918). Hingga akhir perang, Universum Film Aktiengesellschaft (Ufa) menciptakan trend penggabungan dua perusahaan, untuk menciptakan perusahaan yang lebih besar.
Walaupun telah berkembang pesat, jika pemerintah Jerman menarik kembali peraturan dilarang diputarnya film asing saat perang telah berakhir, film-film asing kemungkinan besar akan masuk kembali (terutama dari amerika). Pemerintah Jerman sangat mendukung industri perfilman dalam negeri pada periode ini, pelarangan diputarnya film asing terus berlanjut hingga tanggal 31 desember 1920. Pada tahun 1922 negara-negara lain yang sebelumnya membenci Jerman telah melunak, dan film-film Jerman terkenal secara internasional. Pada tanggal 9 November 1918 republik Jerman di deklarasikan. Selama beberapa bulan partai-partai radikal dan liberal bertarung untuk mendapatkan kekuasaan dan sepertinya revolusi yang telah terjadi di Rusia akan terjadi di Jerman. Klimaks dari drama politik Jerman terjadi pada tahun 1920, dan berkuasanya Nazi pada tahun 1933.
Perang secara resmi berakhir dengan ditanda tanganinya perjanjian Versailles pada tanggal 28 Juni 1919. Dari pada memperbaiki hubungan dengan Jerman, Inggris dan Prancis lebih memilih untuk terus menekan musuh mereka tersebut. Mereka menuduh Jerman sebagai penyebab dari konflik yang terjadi. Berbagai daerah kekuasaan atau territorial diserahkan kepada Polandia dan Prancis (Jerman kehilangan 13% dari daerah kekuasaannya). Jerman dilarang memiliki seratus ribu orang tentara dalam angkatan bersenjatanya, dan semuanya dilarang memegang senjata. Dan yang paling utama, pihak sekutu meminta Jerman untuk membayar semua kerusakan perang (hanya Amerika yang menolak, mereka menanda tangani perjanjian damai mereka sendiri dengan Jerman pada tahun 1921).
Hal-hal tersebut secara berangsur-angsur menekan system financial Jerman Hingga keterpurukan. Hingga akhirnya Jerman mengalami inflasi, bahkan Hyperinflasi di tahun 1923. nilai mata uang mark Jerman yang awalnya bernilai 4 mark jika di kurskan ke dalam dollar, setelah perang berubah menjadi 50.000 mark. Pada akhir 1923 nilai mata uang mark mencapai 6 miliar mark jika di kurskan.
Masalah ekonomi ini tidak membuat semua orang menderita. Beberapa industri besar meraih keuntungan dari inflasi. Sejak uang menjadi tidak berharga, para penerima gaji lebih memilih untuk menghabiskan uangnya selagi uang tersebut masih bisa digunakan untuk sesuatu, dan film adalah salah satu produk yang tersedia. Pengunjung bioskop sangat tinggi pasa periode inflasi, dan banyak bioskop baru yang dibangun.
GENRE DAN GAYA PERFILMAN JERMAN PASCA PERANG
Genre film-film fantasy menjadi yang paling menarik seperti film-film yang dibintangi oleh Paul Wegener, antara lain The Golem (1920), dan Der Verlorene Schatten (The Lost Shadow, 1921). Beberapa genre lainnya yang unggul pada era paska perang adalah genre pertunjukan besar, gerakan Expresionist Jerman, dan film Kammerspiel.
PERTUNJUKAN-PERTUNJUKAN BESAR
Setelah perang, Jerman mencoba taktik serupa, menekankan pada pertunjukan-pertunjukan besar. Beberapa dari film yang dihasilkan meraih sukses yang serupa dengan Italia, dan secara tidak sengaja menemukan sosok Sutradara mayor Jerman paska perang, Ernst Lubitsch.
Selama Inflasi, Perusahaan Jerman yang besar merasa mudah untuk menggarap epik sejarah. Beberapa firma menyediakan fasilitas studio, buruh yang membangun set dan kostum mampu di biayai, dan para figuran dapat dibayar dengan murah. Hasilnya dapat bersaing secara internasional dan seperti film karya Lubitsch yang berjudul Madame Dubarry (1919), mengeluarkan biaya hanya sebesar 40.000 Dollar. Para ahli mengatakan, jika film tersebut di produksi di Hollywood, biayanya bisa mencapai 500.000 Dollar. Lubitsch yang menjadi sutradara menonjol dalam genre epik sejarah, telah membangun karirnya dari awal tahun 1910-an sebagai comedian dan sutradara. 
Negri dan Lubitsch pertama kali bekerjasama pada tahun 1918 dalam film Die Augen der Mumie Ma (The Eyes of the Mummy Ma). Lubitsch menyutradarai Madame Dubary pada tahun 1919 berdasarkan kisah hidup selir Raja Perancis yang bernama King Louis XV. Lubitsch lalu berusaha mengulang suksesnya dengan membuat film bertema serupa yang berjudul Anna Boleyn (1920). Pada tahun 1923, Lubitsch menjadi sutradara asal Jerman yang bernama besar yang di rekrut untuk bekerja di Hollywood.

GERAKAN EXPRESIONIST JERMAN
Pada Bulan Februari 1920, Sebuah film di putar di Berlin, dan dianggap sebagai sesuatu yang baru : The Cabinet of Dr. Caligari. Film ini sukses. Menggunakan setting penuh gaya, dengan bentuk bangunan yang aneh dan miring-miring di lukis di kanvas sebagai backdrop layaknya teater. Aktornya tidak berakting secara natural, malahan mereka bergerak seperti tarian.
 Saat Dr. Caligari diputar untuk pertama kalinya, pengkritik film dan para penonton dibuat terkagum-kagum. Film-film expresionisme lainnya segera menyusul, hingga awal tahun 1927. Beberapa pendapat menyatakan bahwa hanya beberapa film saja yang dapat dianggap sebagai film-film expresionist yang sebenarnya, yaitu film-film yang menyerupai The Cabinet of Dr. Caligari dalam menggunakan distorsi, dan mise-en-scene yang diciptakan dari expresionisme teaterikal. 
Ada dua faktor penting yang menyebabkan berakhirnya era expresionisme. Yang pertama adalah para sineas Jerman banyak yang merasa tertarik untuk berkarya di Hollywood. Dan yang kedua, para sineas Jerman yang tetap memilih tinggal di Negara asalnya tidak lagi memproduksi film-film jenis expresionisme. Mereka lebih memilih untuk berkarya di fil-film jenis New Objectivity.
FILM KAMMERSPIEL
Kammerspiel atau Chamber-Drama (Drama di dalam kamar). Namanya diambildari Teater Kammerspiele, dibuka tahun 1906 oleh sutradara panggung Max Reinhardt yang ingin mengemas drama untuk konsumsi penonton yang tidak ramai. Film-filmnya seperti : Shatered (1921), dan Sylvester (New Year’s Eve atau St. Sylvester’s Eve, 1923), Backstairs (Leopold Jassner,1921), The Last Laugh (Murnau,1924), dan Michael (Carl Dreyer,1924). Semua film tersebut, kecuali Michael ditulis skenarionya oleh Carl Mayer yang ikut menulis The Cabinet of Dr. Caligari dan film-film lainnya. Carl Mayer bisa disebut sebagai kekuatan utama dari genre Kammerspiel.
Film Kammerspiel berfokus pada karakter yang sedikit dan mengeksplorasi masalah mereka secara mendetil. Lebih menekankan pada acting dan detil daripada ekspresi emosi. Gaya expressionist terkadang muncul di settingnya, tetapi lebih pada lingkungan yang suram daripada fantasi dan pokok utama dari expressionist. Setting film-film Kammerspiel lebih ke sehari-hari dengan jangka waktu yang pendek. 
The Last Laugh menjadi film Kammerspiel yang paling terkenal dan paling sukses. Pada akhir 1924, Genre ini menjadi genre paling menonjol di Jerman.
NEW OBJECTIVITY
Trend baru itu disebut dengan Neue Sachlichkeit, atau New Objectivity (Obyektivitas Baru). Contohnya, Karikatur politik George Grosz dan Otto Dix. Lukisan mereka bergaya seperti expressionist, tetapi perhatian mereka lebih terpaku pada realita dari Jerman. Fotografi berkembang menjadi penting sebagai media seni di Jerman pada periode 1927-1933. Gambar-gambar seperti karya Karl Blossfeldt yang indah, close up tumbuh-tumbuhan abstrak, hingga karya John Heartfield yang menyerang Nazi dengan photo Montage yang satir. Bertolt Brecht unggul di akhir tahun 1920-1930-an. 
Faktor lain yang menyebabkan kemunduran New Objectivity adalah berubah haluannya situasi politik Jerman pada awal 1930-an. Partai Sosialis dan Komunis memproduksi banyak film pada era ini. Genre operetta menjadi salah satu genre yang sangat menjanjikan karena menggunakan suara.
FILM-FILM JERMAN DI LUAR NEGERI
Pada bulan Desember tahun 1920, Madame Dubarry yang di beri judul ulang Passion memecahkan rekor box office di New York theater, dan kemudian dirilis ke seluruh kota di Amerika melalui salah satu distributor film terbesar saat itu, First National. Secara tiba-tiba perusahaan-perusahaan film Amerika begitu bersemangat untuk membeli film-film Jerman, karena kesuksesan Passion. Yang lebih mengejutkan lagi, para sineas expresionisme ikut serta dalam mengekspor film-filmnya ke negara lain. Akhirnya film-film Jerman yang lain menyusul, genre-genre kammerspiel dan expresionist sukses di Perancis hingga melebihi lima tahun ke depan. Trend serupa juga merambah Jepang di awal 1920-an, dan negara-negara lainnya.
PERUBAHAN BESAR PADA PERTENGAHAN HINGGA AKHIR TAHUN 1920 AN.
Walaupaun pada awalnya sukses, namun Industri film Jerman tidak dapat terus-menerus memproduksi film dengan cara lama. Banyak faktor yang kemudian akhirnya merubah sistem produksi film. Gaya dan teknologi asing merupakan salah satunya. Kesuksesan juga membuat industri film Jerman mengalami masalah, seperti banyak sineas-sineas menonjol yang kemudian tertarik untuk berkarya di Hollywood. Perusahaan film Jerman bahkan mulai meniru film-film Hollywood. Pada tahun 1929, industri film Jerman kemudian berubah dari situasi paska perangnya.
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PADA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN FILM JERMAN
Teknologi pembuatan film berkembang dengan kencang pada tahun 1920-an. Inflasi mendorong banyak perusahaan film yang menginvestasikan dananya untuk fasilitas dan lahan, sehingga banyak studio yang dibangun atau diperbesar. Sperti Ufa yang melebarkan dua komplek utama studio mereka, di Tempelhof dan Neubabelsberg, dan segera saja mereka memiliki fasilitas terlengkap dan terbagus di Eropa.
Jerman juga kemudian menggunakan inovasi pada tekhnik pencahayaan yang dikembangkan oleh Hollywood pada tahun 1910-an. Karena Perusahaan-perusahaan film Jerman begitu bernafsu untuk untuk mengekspor film-film mereka ke Hollywood, beredar kabar bahwa para filmmaker harus mencontoh elemen-elemen baru dari gaya Amerika, seperti Backlighting dan cahaya tambahan pada shot exterior. Artikel-artikel pada harian Trade Press menghimbau perusahaan-perusahaan film untuk membangun fasilitas yang lebih baik, dengan peralatan lighting terbaik.
Salah satu inovasi Jerman dalm teknologi film pada tahun 1920-an yang menjadi sangat berpengaruh secara internasional adalah entfesselte camera (unfastened camera, atau kamera yang dapat bergerak secara bebas). 
 
Nah, itu tadi seputar perkembangan film di Jerman. Semoga artikel ini bermanfaat ya gengs:) .Tschüß!