Di Jerman terdapat lebih dari empat juta orang memeluk agama Islam.
Meski tak banyak tampak ornamen-ornamen Ramadhan di Jerman, banyak di
antara mereka yang menjalankan ibadah puasa di bulan suci ini. Bagi yang berpuasa di Jerman, jika puasa jatuh pada musim panas, maka
banyak yang merasakan tantangannya lebih berat, karena jarak waktu Subuh
ke Maghrib menjadi lebih panjang. Tahun 2016, misalnya, jarak Subuh ke
Maghrib di Jerman sekitar 18 jam. Wow mantap. Meski demikian, Ramadhan menjadi masa
yang sangat indah, di manapun mereka berada.
Banyak pendatang Muslim yang bekerja di sektor gastronomi. Sebagian
besar mereka harus bekerja sambil berpuasa. Di musim panas - saat suhu
udara semakin panas - membuat mereka yang bekerja di sektor ini cepat
merasa letih dan lemas.
Di bulan puasa, beberapa warung atau restoran, termasuk restoran Arab
atau Turki tetap buka. Aroma kebab tetap tercium meski belum mendekati
Maghrib. Berbedanya jangka waktu berpuasa mendorong beberapa kaum Muslim
untuk pulang kampung.
Imam Erol Pürlü dari Ikatan Pusat Kebudayaan Islam di Köln mengingatkan,
"Dalam Islam berlaku aturan dasar, bahwa setiap orang tak akan
dibebankan sesuatu yang tidak bisa mereka tanggung". Artinya, bila orang
itu sakit, hamil atau menyusui, maka ia berada dalam kategori orang tak
bisa berpuasa. Untuk melunaskannya, kategori orang ini bisa membayar
Fidyah, menyumbang uang kepada orang miskin.