Hallo Liebe Leserinnen und Leser unseres Blogs! Wie gehts? Wir hoffen, es geht euch gut. Kali ini kami akan membahas seputar sejarah atau perkembangan film di negara Jerman nih. Mau tau gimana ceritanya? Yuk segera disimak artikel berikut;)
Pada
tahun 1916, Pemerintah Jerman melarang pemutaran film-film asing, sehingga
mereka memproduksi film-film mereka sendiri. Perusahaan film terus bertambah
banyak dari 25 buah (1914), hingga mencapai 130 buah (1918). Hingga akhir
perang, Universum Film Aktiengesellschaft (Ufa) menciptakan trend penggabungan
dua perusahaan, untuk menciptakan perusahaan yang lebih besar.
Walaupun
telah berkembang pesat, jika pemerintah Jerman menarik kembali peraturan
dilarang diputarnya film asing saat perang telah berakhir, film-film asing kemungkinan
besar akan masuk kembali (terutama dari amerika). Pemerintah Jerman sangat
mendukung industri perfilman dalam negeri pada periode ini, pelarangan
diputarnya film asing terus berlanjut hingga tanggal 31 desember 1920. Pada
tahun 1922 negara-negara lain yang sebelumnya membenci Jerman telah melunak,
dan film-film Jerman terkenal secara internasional. Pada tanggal 9 November
1918 republik Jerman di deklarasikan. Selama beberapa bulan partai-partai
radikal dan liberal bertarung untuk mendapatkan kekuasaan dan sepertinya
revolusi yang telah terjadi di Rusia akan terjadi di Jerman. Klimaks dari drama
politik Jerman terjadi pada tahun 1920, dan berkuasanya Nazi pada tahun 1933.
Perang
secara resmi berakhir dengan ditanda tanganinya perjanjian Versailles pada
tanggal 28 Juni 1919. Dari pada memperbaiki hubungan dengan Jerman, Inggris dan
Prancis lebih memilih untuk terus menekan musuh mereka tersebut. Mereka menuduh
Jerman sebagai penyebab dari konflik yang terjadi. Berbagai daerah kekuasaan
atau territorial diserahkan kepada Polandia dan Prancis (Jerman kehilangan 13%
dari daerah kekuasaannya). Jerman dilarang memiliki seratus ribu orang tentara
dalam angkatan bersenjatanya, dan semuanya dilarang memegang senjata. Dan yang
paling utama, pihak sekutu meminta Jerman untuk membayar semua kerusakan perang
(hanya Amerika yang menolak, mereka menanda tangani perjanjian damai mereka
sendiri dengan Jerman pada tahun 1921).
Hal-hal
tersebut secara berangsur-angsur menekan system financial Jerman Hingga
keterpurukan. Hingga akhirnya Jerman mengalami inflasi, bahkan Hyperinflasi di
tahun 1923. nilai mata uang mark Jerman yang awalnya bernilai 4 mark jika di
kurskan ke dalam dollar, setelah perang berubah menjadi 50.000 mark. Pada akhir
1923 nilai mata uang mark mencapai 6 miliar mark jika di kurskan.
Masalah
ekonomi ini tidak membuat semua orang menderita. Beberapa industri besar meraih
keuntungan dari inflasi. Sejak uang menjadi tidak berharga, para penerima gaji
lebih memilih untuk menghabiskan uangnya selagi uang tersebut masih bisa
digunakan untuk sesuatu, dan film adalah salah satu produk yang tersedia.
Pengunjung bioskop sangat tinggi pasa periode inflasi, dan banyak bioskop baru
yang dibangun.
GENRE DAN GAYA
PERFILMAN JERMAN PASCA PERANG
Genre film-film fantasy menjadi
yang paling menarik seperti film-film yang dibintangi oleh Paul Wegener, antara
lain The Golem (1920), dan Der Verlorene Schatten (The Lost Shadow, 1921).
Beberapa genre lainnya yang unggul pada era paska perang adalah genre
pertunjukan besar, gerakan Expresionist Jerman, dan film Kammerspiel.
PERTUNJUKAN-PERTUNJUKAN
BESAR
Setelah
perang, Jerman mencoba taktik serupa, menekankan pada pertunjukan-pertunjukan
besar. Beberapa dari film yang
dihasilkan meraih sukses yang serupa dengan Italia, dan secara tidak sengaja
menemukan sosok Sutradara mayor Jerman paska perang, Ernst Lubitsch.
Selama
Inflasi, Perusahaan Jerman yang besar merasa mudah untuk menggarap epik
sejarah. Beberapa firma menyediakan fasilitas studio, buruh yang membangun set
dan kostum mampu di biayai, dan para figuran dapat dibayar dengan murah. Hasilnya dapat bersaing secara
internasional dan seperti film karya Lubitsch yang berjudul Madame Dubarry
(1919), mengeluarkan biaya hanya sebesar 40.000 Dollar. Para ahli
mengatakan, jika film tersebut di produksi di Hollywood, biayanya bisa mencapai
500.000 Dollar. Lubitsch yang menjadi
sutradara menonjol dalam genre epik sejarah, telah membangun karirnya dari awal
tahun 1910-an sebagai comedian dan sutradara.
Negri
dan Lubitsch pertama kali bekerjasama pada tahun 1918 dalam film Die Augen der
Mumie Ma (The Eyes of the Mummy Ma). Lubitsch menyutradarai Madame Dubary pada
tahun 1919 berdasarkan kisah hidup selir Raja Perancis yang bernama King Louis
XV. Lubitsch lalu berusaha mengulang suksesnya dengan membuat film bertema
serupa yang berjudul Anna Boleyn (1920). Pada tahun 1923, Lubitsch menjadi
sutradara asal Jerman yang bernama besar yang di rekrut untuk bekerja di
Hollywood.
GERAKAN EXPRESIONIST JERMAN
Pada
Bulan Februari 1920, Sebuah film di putar di Berlin, dan dianggap sebagai
sesuatu yang baru : The Cabinet of Dr. Caligari. Film ini sukses. Menggunakan
setting penuh gaya, dengan bentuk bangunan yang aneh dan miring-miring di lukis
di kanvas sebagai backdrop layaknya teater. Aktornya tidak berakting secara
natural, malahan mereka bergerak seperti tarian.
Saat Dr. Caligari diputar untuk pertama
kalinya, pengkritik film dan para penonton dibuat terkagum-kagum. Film-film
expresionisme lainnya segera menyusul, hingga awal tahun 1927. Beberapa
pendapat menyatakan bahwa hanya beberapa film saja yang dapat dianggap sebagai
film-film expresionist yang sebenarnya, yaitu film-film yang menyerupai The
Cabinet of Dr. Caligari dalam menggunakan distorsi, dan mise-en-scene yang
diciptakan dari expresionisme teaterikal.
Ada
dua faktor penting yang menyebabkan berakhirnya era expresionisme. Yang pertama
adalah para sineas Jerman banyak yang merasa tertarik untuk berkarya di
Hollywood. Dan yang kedua, para sineas Jerman yang tetap memilih tinggal di
Negara asalnya tidak lagi memproduksi film-film jenis expresionisme. Mereka
lebih memilih untuk berkarya di fil-film jenis New Objectivity.
FILM
KAMMERSPIEL
Kammerspiel
atau Chamber-Drama (Drama di dalam kamar). Namanya diambildari Teater
Kammerspiele, dibuka tahun 1906 oleh sutradara panggung Max Reinhardt yang
ingin mengemas drama untuk konsumsi penonton yang tidak ramai. Film-filmnya
seperti : Shatered (1921), dan Sylvester (New Year’s Eve atau St. Sylvester’s
Eve, 1923), Backstairs
(Leopold Jassner,1921), The Last Laugh (Murnau,1924), dan Michael (Carl
Dreyer,1924). Semua film tersebut, kecuali Michael ditulis skenarionya oleh
Carl Mayer yang ikut menulis The Cabinet of Dr. Caligari dan film-film lainnya.
Carl Mayer bisa disebut sebagai kekuatan utama dari genre Kammerspiel.
Film
Kammerspiel berfokus pada karakter yang sedikit dan mengeksplorasi masalah
mereka secara mendetil. Lebih menekankan pada acting dan detil daripada ekspresi
emosi. Gaya expressionist terkadang muncul di settingnya, tetapi lebih pada
lingkungan yang suram daripada fantasi dan pokok utama dari expressionist.
Setting film-film Kammerspiel lebih ke sehari-hari dengan jangka waktu yang
pendek.
The
Last Laugh menjadi film Kammerspiel yang paling terkenal dan paling sukses.
Pada akhir 1924, Genre ini menjadi genre paling menonjol di Jerman.
NEW
OBJECTIVITY
Trend
baru itu disebut dengan Neue Sachlichkeit, atau New Objectivity (Obyektivitas
Baru). Contohnya, Karikatur politik George Grosz dan Otto Dix. Lukisan mereka
bergaya seperti expressionist, tetapi perhatian mereka lebih terpaku pada
realita dari Jerman. Fotografi berkembang menjadi penting sebagai media seni di
Jerman pada periode 1927-1933. Gambar-gambar seperti karya Karl Blossfeldt yang
indah, close up tumbuh-tumbuhan abstrak, hingga karya John Heartfield yang
menyerang Nazi dengan photo Montage yang satir. Bertolt Brecht unggul di akhir tahun 1920-1930-an.
Faktor
lain yang menyebabkan kemunduran New Objectivity adalah berubah haluannya
situasi politik Jerman pada awal 1930-an. Partai Sosialis dan Komunis
memproduksi banyak film pada era ini. Genre operetta menjadi salah satu genre
yang sangat menjanjikan karena menggunakan suara.
FILM-FILM
JERMAN DI LUAR NEGERI
Pada
bulan Desember tahun 1920, Madame Dubarry yang di beri judul ulang Passion
memecahkan rekor box office di New York theater, dan kemudian dirilis ke
seluruh kota di Amerika melalui salah satu distributor film terbesar saat itu,
First National. Secara tiba-tiba perusahaan-perusahaan film Amerika begitu
bersemangat untuk membeli film-film Jerman, karena kesuksesan Passion. Yang
lebih mengejutkan lagi, para sineas expresionisme ikut serta dalam mengekspor
film-filmnya ke negara lain. Akhirnya film-film Jerman yang lain menyusul,
genre-genre kammerspiel dan expresionist sukses di Perancis hingga melebihi
lima tahun ke depan. Trend serupa juga merambah Jepang di awal 1920-an, dan
negara-negara lainnya.
PERUBAHAN
BESAR PADA PERTENGAHAN HINGGA AKHIR TAHUN 1920 AN.
Walaupaun
pada awalnya sukses, namun Industri film Jerman tidak dapat terus-menerus
memproduksi film dengan cara lama. Banyak faktor yang kemudian akhirnya merubah
sistem produksi film. Gaya dan teknologi asing merupakan salah satunya.
Kesuksesan juga membuat industri film Jerman mengalami masalah, seperti banyak
sineas-sineas menonjol yang kemudian tertarik untuk berkarya di Hollywood.
Perusahaan film Jerman bahkan mulai meniru film-film Hollywood. Pada tahun
1929, industri film Jerman kemudian berubah dari situasi paska perangnya.
PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI PADA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN FILM JERMAN
Teknologi
pembuatan film berkembang dengan kencang pada tahun 1920-an. Inflasi mendorong
banyak perusahaan film yang menginvestasikan dananya untuk fasilitas dan lahan,
sehingga banyak studio yang dibangun atau diperbesar. Sperti Ufa yang melebarkan
dua komplek utama studio mereka, di Tempelhof dan Neubabelsberg, dan segera
saja mereka memiliki fasilitas terlengkap dan terbagus di Eropa.
Jerman
juga kemudian menggunakan inovasi pada tekhnik pencahayaan yang dikembangkan
oleh Hollywood pada tahun 1910-an. Karena Perusahaan-perusahaan film Jerman
begitu bernafsu untuk untuk mengekspor film-film mereka ke Hollywood, beredar
kabar bahwa para filmmaker harus mencontoh elemen-elemen baru dari gaya
Amerika, seperti Backlighting dan cahaya tambahan pada shot exterior.
Artikel-artikel pada harian Trade Press menghimbau perusahaan-perusahaan film
untuk membangun fasilitas yang lebih baik, dengan peralatan lighting terbaik.
Salah
satu inovasi Jerman dalm teknologi film pada tahun 1920-an yang menjadi sangat
berpengaruh secara internasional adalah entfesselte camera (unfastened camera,
atau kamera yang dapat bergerak secara bebas).
Nah, itu tadi seputar perkembangan film di Jerman. Semoga artikel ini bermanfaat ya gengs:) .Tschüß!